Tuesday, December 27, 2011

Lebih Baik Menjadi Tanah

Alhamdulillahi wassolaatu wassalaamu 'ala Rasulillah...



وَوُضِعَ الْكِتَابُ فَتَرَى الْمُجْرِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا فِيهِ وَيَقُولُونَ يَا وَيْلَتَنَا مَالِ هَـٰذَا الْكِتَابِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً إِلَّا أَحْصَاهَا ۚ وَوَجَدُوا مَا عَمِلُوا حَاضِرًا ۗ وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا

Dan diletakkan kitab (catatan amal), lalu engkau melihat orang yang berdosa merasa ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata, "Betapa celaka kami, kitab apakah ini! Tidak ada yang tertinggal, yang kecil dan yang besar melainkan tercatat semuanya". Dan mereka dapati apa yang mereka kerjakan (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menzalimi seorang jua pun.


Surah Al-Kahfi, ayat 49



Orang berdosa dan tidak beriman di Hari Perhitungan kelak, berasa terkejut dengan ketelitian buku catatan amal mereka. Tidak ditinggalkan walau sedikit pun amal perbuatan mereka. Semuanya dihisab. Semuanya diambil kira.


Waktu itu, barulah mereka sedar, siapa Tuhan dan siapa hamba. Barulah mereka sedar, bahawa Allah tidak menzalimi sesiapapun. Buktinya, tidak ada satu pun yang tersisa dari amalan, melainkan semuanya dikira. Semuanya kantoi.


Ini juga membuktikan Allah itu Maha Adil. Kalau di dunia, mereka masih boleh menutup kesalahan mereka. Masih boleh lari dari hukuman manusia. Masih boleh bebas dengan korupsi dan kezaliman, di AKhirat nanti, tidak lagi. Semuanya dihitung.


Sudah menjadi sifat orang yang tidak beriman, apabila berada di tempat yang sepatutnya mereka beramal dan meyakini KalamuLlah iaitu di dunia, mereka ingkar. Kemudian bila sampai masa untuk dikira dan ditimbang hasil amalan mereka, ketika itulah mereka menyesal kerana tidak beriman dengan ayat ALlah semasa di dunia dahulu.



Seperti dalam Surah As-Sajdah ayat ke-12, berbunyi;


وَلَوْ تَرَىٰ إِذِ الْمُجْرِمُونَ نَاكِسُو رُءُوسِهِمْ عِندَ رَبِّهِمْ رَبَّنَا أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَارْجِعْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ

Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata), "Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), nescaya kami akan mengerjakan kebajikan. Sungguh kami adalah orang-orang yang yakin".



Nasib mereka yang tidak beriman ini sangat menakutkan. Penyesalan mereka amat besar, sampai tahap mereka akhirnya berkata;


يَا لَيْتَنِي كُنتُ تُرَابًا

"Alangkah baiknya seandainya dahulu aku jadi tanah".


Surah An-Naba', ayat 40






Tanah tidak ada taklifan. Ia tidak ada dosa pahala. Ia tidak bernyawa seperti manusia. Biarpun ia tidak beroleh kenikmatan hidup seperti manusia, tetapi ia tidak dihisab. Ia tidak melakukan dosa.


Jadi tanah lebih baik dari berbuat dosa dan zalim di dunia!


Allahu A'lam

~kita hanyalah hamba~

Sunday, November 6, 2011

Memberi Yang Terbaik

Suatu masa dahulu, raja-raja, orang-orang kaya dan masyarakat amnya suka mengirim elaun sara diri kepada individu-individu yang berilmu menjadikan mereka golonganyang berpendapatan tinggi dalam masyarakat.

Sebagaimana para sarjana dan ilmuwan-ilmuwan lain, sejarawan Laith bin Saad mempunyai pendapatan yang tinggi dalam masyarakat. Syuaib anak beliau, pernah menyatakan bahawa pendapatan ayahnya adalah antara dua puluh ribu dinar setahun.

Pada suatu hari,seorang perempuan datang ke rumah Laith bin Saad membawa sebiji cawan kecil.

“Tuan,saya memerlukan sedikit madu, kalau tuan mempunyainya,”kata perempuan itu kepada Laith bin Saad,sambil menunjukkan cawan kecil yang dipegangnya.

Pada masa itu,sumber manisan hanyalah madu asli kerana gula seperti yang kita makan hari ini belum ada. Harga madu amat mahal kerana lebah hanya menghasilkan madu setahun sekali. Oleh itu hanya orang-orang kaya sahaja mampu membeli dan makan madu. Bagi orang miskin,mereka memerlukan madu bagi tujuan perubatan sahaja.

Laith bin Saad memanggil pembantunya dan berkata, “Berikan sebuntil madu kepadanya”.

Pada masa itu, buntil diperbuat daripada kulit seekor kambing yang dijahit semula supaya bulat.

“Dia meminta sedikit sahaja,tuan,”kata pembantunya.

”Itu permintaan beliau. Orang yang meminta boleh meminta mengikut keperluannya. Sebagai pemberi,saya mesti memberi dengan semurah-murahnya daripada apa yang Tuhan beri kepada saya,” kata Laith bin Saad.

“Baik,tuan,”kata pembantunya.

Sekarang kamu tolong pikul buntil madu itu dan hantarkan ke rumahnya,”kata Laith bin Saad.

~kita hanyalah hamba~

Saturday, April 2, 2011

"The Myth"

Often we hear people spreading such ‘myth’ about how we are supposed to not to bother about other people’s life. But the thing is, our society have become so individualistic that people don’t even talk to their neighbor next door, there are even people who don’t know their neighbor being murdered until a smelly smells comes from the house next door.

If in Islam, we are encourage to remind each other,to warn each other in a manner which is constructive not just criticizing without any suggestions on how to improve their state – else that’s just some purposely attempts to downgrade the other,even towards the non muslims its not exceptional, we are to tell them about Islam even if its one ayat/word. Instead,most of us kept mum, afraid because we know that what in ourself is not enough,so what?

Tell what you know already & at the same time learn what you don’t know. We don’t need to wait to be some ‘ustaz/ustazah’ (religious people) to tell other people about Islam, we are muslims for God sakes!

Its sad to hear new muslims asking,why didn’t we come to them and tell about Islam for to some,had they knew about Islam earlier,they’d probably end up dying without having the opportunity to know about Islam. Between a muslim who knows something about Islam but never tells other potential muslims about Islam,and what? You expect yourself to enter the heaven?This life is not about you (selfishly) gets into heaven while the rest rot in hell. No!

The main purpose of our existence as humans are as ‘Khalif’ which means a leader in this earth made by Allah,to lead,by leading is by being the best example, by following the best example which is Prophet Muhammad SAW who never gave up in telling the people around him about Islam what more us claiming to be his follower but not following what he does ?

How do we expect to become a society when we worship individualism as the so called ‘human rights’ when we ourselves deny their rights to know about the beauty of Islam in other words the right for them to become a muslim like we do? Praying only for ourselves or what some people claim that people should be praying at their own house when we will benefit more by praying at the mosque as a ‘Jamaah’ in order to become an ‘ummah’? Islam is not something we practice at our own backyard,instead it should be practiced & applied in every aspect of our life for its a religion that covers all aspects of our life.

How do we expect to be human if we are not acting like a human being and not some stone cold when we see such sickness in our society without saying a word about it if not try to change it or do something about it.

We DESTROYED generations BEFORE YOU when they did wrong. Their Messengers brought them the Clear Signs, but they never going to have iman. That is how we repay evildoers. Then,We appointed YOU after THEM to be KHALIFS on the earth so We might OBSERVE how you would act (Sura Yunus 10: 13-14)

Read carefully, if Allah can destroy generation before us when they did wrong,so can He destroy us like He did to those before us. Interestingly, is that in this so-called ‘terrorism’ , we see many people becoming muslims ever since the 9/11 rather than otherwise.

But what many of us fail to see is how Allah ‘replaces’ us who claims to be muslims but act miserably otherwise indicating how easy it is for Allah to replace those born as muslims but take Islam for granted by giving Islam to those who was not born a muslim but searched for Islam and appreciates Allah’s grant of Islam to them

Many new muslims became even better muslims than the ‘old’ muslims themselves,spreading Islam to even more people compared to us whom some chose to ‘spread’ Islam to people who’s already a muslim – telling about little things like how you should wear or dress , not to say its not necessary but if we are too busy looking for chances to point out peoples fault here and there, then when will we be able to have the chance & time to make dakwa to the one’s who doesn’t even know Islam or restore Islam that many muslims dream of but never made any actions to make the dream come true by doing something rather than nothing?

I leave that for you to ponder.


~kita hanyalah hamba~

Thursday, March 17, 2011

Si Anak Kecil

Bismillahirrahmanirrahim...
Pada setiap Jumaat, selepas selesai menunaikan solat Jumaat, seorang Imam dan anaknya yang berumur 7 tahun akan berjalan menyusuri jalan di kota itu dan menyebarkan risalah bertajuk “Jalan-jalan Syurga” dan beberapa karya Islamik yang lain .
Pada satu Jumaat yang indah, pada ketika Imam dan anaknya itu hendak keluar seperti biasa meghulurkan risalah-risalah Islam itu, hari itu menjadi amat dingin dan hujan mulai turun.
Anak kecil itu mula membetulkan jubahnya yang masih kering dan panas dan seraya berkataAyah! Saya dah bersedia
Ayahnya terkejut dan berkata “Bersedia untuk apa?”. “Ayah bukankah ini masanya kita akan keluar menyampaikan risalah Allah
Anakku! Bukankah sejuk keadaan di luar tu dan hujan juga agak lebat
Ayah bukankah masih ada manusia yang akan masuk neraka walaupun ketika hujan turun
Ayahnya menambah “Ayah tidak bersedia hendak keluar dalam keadaan cuaca sebegini”
Dengan merintih anaknya merayu “Benarkan saya pergi ayah?”
Ayahnya berasa agak ragu-ragu namun menyerahkan risalah-risalah itu kepada anaknya “Pergilah nak dan berhati-hatilah. Allah bersama-sama kamu!”
Terima kasih Ayah” Dengan wajah bersinar-sinar anaknya itu pergi meredah hujan dan susuk tubuh kecil itu hilang dalam kelebatan hujan itu.
Anak kecil itu pun menyerahkan risalah-risalah tersebut kepada sesiapa pun yang dijumpanya. Begitu juga dia akan mengetuk setiap rumah dan memberikan risalah itu kepada penghuninya.
Setelah dua jam, hanya tinggal satu saja risalah “Jalan-jalan Syurga” ada pada tangannya. Dia berasakan tanggungjawabnya tidak akan selesai jika masihada risalah di tangannya. Dia berpusing-pusing ke sana dan ke mari mencari siapa yang akan diserahkan risalah terakhirnya itu namun gagal.
Akhirnya dia ternampak satu rumah yang agak terperosok di jalan itu dan mula mengatur langkah menghampiri rumah itu.Apabila sampai sahaja anak itu dirumah itu, lantas ditekannya loceng rumah itu sekali. Ditunggunya sebentar dan ditekan sekali lagi namun tiada jawapan. Diketuk pula pintu itu namun sekali lagi tiada jawapan. Ada sesuatu yang memegangnya daripada pergi, mungkin rumah inilah harapannya agar risalah ini diserahkan. Dia mengambil keputusan menekan loceng sekali lagi. Akhirnya pintu rumah itu dibuka.
Berdiri di depan pintu adalah seorang perempuan dalam lingkungan 50an. Mukanya suram dan sedih. “Nak, apa yang makcik boleh bantu?”
Wajahnya bersinar-sinar seolah-olah malaikat yang turun dari langit. “Makcik, maaf saya mengganggu, saya hanya ingin menyatakan yang ALLAH amat sayangkan makcik dan sentiasa memelihara makcik. Saya datang ini hanya hendak menyerahkan risalah akhir ini dan makcik adalah orang yang paling bertuah”. Dia senyum dan tunduk hormat sebelum melangkah pergi.
Terima kasih nak dan Tuhan akan melindungi kamu” dalam nada yang lembut Minggu berikutnya sebelum waktu solat Jumaat bermula, seperti biasa Imam memberikan ceramahnya. Sebelum selesai dia bertanya ” Ada sesiapa nak menyatakan sesuatu”
Tiba-tiba sekujur tubuh bangun dengan perlahan dan berdiri. Dia adalah perempuan separuh umur itu. “Saya rasa tiada sesiapa dalam perhimpunan ini yang kenal saya. Saya tak pernah hadir ke majlis ini walaupun sekali. Untuk pengetahuan anda, sebelum Jumaat minggu lepas saya bukan seorang Muslim. Suami saya meninggal beberapa tahun lepas dan meninggalkan saya keseorangan dalam dunia ini” Air mata mulai bergenang di kelopak matanya.
Pada Jumaat minggu lepas saya mengambil keputusan untuk membunuh diri. Jadi saya ambil kerusi dan tali. Saya letakkan kerusi di atas tangga menghadap anak tangga menuruni. Saya ikat hujung tali di galang atas dan hujung satu lagi diketatkan di leher. Apabila tiba saat saya untuk terjun, tiba-tiba loceng rumah saya berbunyi. Saya tunggu sebentar, pada anggapan saya, siapa pun yang menekan itu akan pergi jika tidak dijawab. Kemudian ia berbunyi lagi. Kemudian saya mendengar ketukan dan loceng ditekan sekali lagi”.
Saya bertanya sekali lagi. Belum pernah pun ada orang yang tekan loceng ini setelah sekian lama. Lantas saya melonggarkan tali di leher dan terus pergi ke pintu”
Seumur hidup saya belum pernah saya melihat anak yang comel itu. Senyumannya benar-benar ikhlas dan suaranya seperti malaikat”. “Makcik, maaf saya mengganggu, saya hanya ingin menyatakan yang ALLAH amat sayangkan makcik dan sentiasa memelihara makcik” itulah kata-kata yang paling indah yang saya dengar”.
Saya melihatnya pergi kembali menyusuri hujan. Saya kemudian menutup pintu dan terus baca risalah itu setiap muka surat . Akhirnya kerusi dan tali yang hampir-hampir menyentap nyawa saya diletakkan semula ditempat asal mereka. Aku tak perlukan itu lagi”.
Lihatlah, sekarang saya sudah menjadi seorang yang bahagia, yang menjadi hamba kepada Tuhan yang satu ALLAH. Di belakang risalah terdapat alamat ini dan itulah sebabnya saya di sini hari ini. Jika tidak disebabkan malaikat kecil yang datang pada hari itu tentunya roh saya ini akan berada selama-lamanya di dalam neraka
Tiada satu pun anak mata di masjid itu yang masih kering. Ramai pula yang berteriak dan bertakbir ALLAHUAKBAR!
Imam lantas turun dengan pantas dari mimbar lantas terus memeluk anaknya yang berada di kaki mimbar dan menangis sesungguh-sungguh hatinya.
Jumaat ini dikira Jumaat yang paling indah dalam hidupnya. Tiada anugerah yang amat besar dari apa yang dia ada pada hari ini. Iaitu anugerah yang sekarang berada di dalam pelukannya. Seorang anak yang seumpama malaikat.
Biarkanlah air mata itu menitis. Air mata itu anugerah ALLAH kepada makhlukNya yang penyayang
Panjangkanlah risalah ini. Ingat ALLAH sentiasa menyayangi dan memelihara kamu!

Tuesday, December 7, 2010

Facebook KING & Facebook QUEEN

* Nur Islam mendapatkan pandangan dari Muhammad Fairuz Azmi dan Kalam Hamba berkenaan isu Facebook. Ikuti pandangan untuk anda si Facebook King, dan si Facebook Queen, dalam tips-tips dan adab dalam ber’facebook’ kepada Muslimin dan Muslimat. Tips untuk ber’facebook’ sebagai seorang daei. *


Untuk Anda Si Facebook-KING

Facebook kini sudah berleluasa digunakan oleh ramai orang. Orang Malaysia kalau mengikut kajian memang antara yang paling banyak menggunakan ’social network’.

Dah namapun ‘social’, memang social lah tujuannya. Untuk mengenal kawan, berjenaka dan sebagainya. Namun, rugilah kalau bersosial sahaja kalau dah namapun dai’e ye dak?

Dakwah fardi online – Masih ramai yang menggunakan facebook, untuk berjaringan sesama ‘geng’ atau ‘click’ sendiri sahaja. Tiada masalah untuk merapatkan ukhuwah sesama ‘geng’ sendiri. Tapi, rugi lah kalau dakwah kita tidak sampai kepada mereka yang diluar ruang lingkup kita yang mungkin lebih memerlukan, takkan setiap status, kita tag geng usrah kita saja. Berlawak dengan geng usrah kita saja. Takut kita hanya berada dalam ‘comfort zone’. Rugi.

Content – Baik yang melawak atau serius sebelum send, share, fikir dulu . Sebaiknya ada mesej yang baik . Jika melawak jangan berlebih-lebihan.

Jaga thiqah – Kita nak bawa kebaikan kepada masyarakat, kita nak memimpin masyarakat, kita nak orang terima dakwah kita, banyak benda serius kita nak bawa. Kita wajar dikenali sebagai orang-orang yang bersungguh-sungguh nak bawa dakwah dari pelawak dan yang seangkatan dengannya. Ingat, berjenaka, bergurau senda dan sebagainya tidak salah malah perlu dalam banyak keadaan. Tapi janganlah berlebihan hingga boleh menghilangkan thiqah sebagai dai’e

Dakwah kepada non muslim – Sesuatu yang perlu difikirkan agar perlu diperkembangkan. Terutama untuk kita yang berada dibumi yang majoritinya adalah non-muslim. Pola dakwah terkini di Malaysia sudah mula memberi perhatian yang lebih kepada non muslim . We should not miss the boat.

Dakwah bukan untuk orang yang kita baik sahaja – Kena buat muka kulit tebal dalam berdakwah, biarlah orang tu memang tak suka kita, pesaing kita dan sebagainya, kita tidak dapat tidak kena buat. Kalau offline tak buat, takkan online pun tak buat . Jenuh la nak jawab dengan Allah nanti.

Jaga ikhtilat – Melawak berlebih-lebihan antara lelaki dan perempuan AMAT perlu dielakkan. Bergantung kepada cara kita ‘respons’. Kalau dia gelak dan buat lawak, kita pun sama naik buat lawak, sukarlah kita nak bawa mesej penjagaan hubungan. Pulak kalau kawan lelaki / perempuan kita membuat makan-makan di rumah mereka bercampur lelaki perempuan, kalau tidak pergi akan memberikan mesej kita benci mereka, sebab selama ni one-to-one di facebook berlawak sakan, pastu buat program kata tak nak gi sebab campur. Kita yang tidak konsisten, kita yang seolah-olah tidak jelas prinsip . Jadi mad’u pun pening,, sekejap itu, sekejap ini.

Kawal emosi – kadang-kadang ada orang hentam kita di Facebook, ada orang tak bagi kita tgk ‘wall’, ada orang ‘block’ kita, ada orang ‘remove’ kita sebagai friends. Tapi kita sebagai dai’e takkan nak biar emosi kawal kita macam mereka. Kita patut lebih sabar kan? Kata nak berdakwah. bBenda kecil macam ni, kita tak patut bertindak balas dengan emosi jugak. Kita pulak muhasabah diri kita, aku cakap salahkah? Aku cakap tak kena masakah? Apa yang perlu diperbaiki? Sebelum salahkan orang lain, cari salah diri kita dulu, kemudian perbaiki. Jangan sampai diri kita betul setiap kali, org lain salah setiap kali . Tapi jangan pula sampai mengalah setiap kali pulak, ada pertimbangannya.

Untuk Anda Si Facebook-QUEEN

Pendahuluan

Isunya yang ingin saya sentuh dan bawakan pada kali ini adalah berkenaan Aurat – Bukan aurat fizikal yang saya ingin maksudkan kerana saya yakin bahawa muslimat semua tahu batas sempadan dalam menjaga aurat fizikal mereka. Dalam kuliah Ustaz Erfino tentang ‘Adab Komunikasi antara Lelaki & Perempuan; Di mana had kau dan aku?’ (http://www.erfino.com/2010/11/kuliah-online-ustream.html) baru-baru ini, disebutkan bahawa aurat juga merangkumi maruah diri seseorang. Dan saya amat bersetuju dengan perkara itu. Bukan setakat aurat fizikal yang perlu dijaga, tapi maruah dan imej diri juga perlu diambil kira. Sebagai muslimat, lebih banyak lagi perkara dan isu yang perlu diambil kira.

Jangan mudah menulis semua perkara yang berlaku dalam diri kita di Facebook – Mungkin kita seronok nak berkongsi dengan sahabat-sahabat, dan mendapat maklum balas daripada mereka. Tetapi tidakkah kita merasakan sekiranya kita menghebahkan seluruh perjalanan kehidupan kita di Facebook, semua kawan alam maya kita boleh baca dan tahu, malah termasuklah mereka yang tak dapat faedah pun dari ‘pengumuman’ kita itu. Tak rasa kah kehidupan kita dah jadi ‘transparent’? Ramai orang tahu apa yang berlegar-legar dalam kehidupan harian kita. Seolah-olah tiada lagi rahsia dalam hidup kita.. Masak apa hari ni..Pergi mana hari ini..Plan nak buat apa minggu ini..Berborak dengan rakan yang mana malam ini..’ Literally SEMUA benda! Sudahnya, apa yang tinggal untuk kita dan orang2 istimewa kita?

Saya pasti bahawa ramai di kalangan kita yang mengambil ‘pre-caution’ dengan hanya meng‘approve’ kawan mereka yang dikenali atau mewujudkan ‘groups/ lists’ supaya mudah bagi kita mengawal ‘privacy’ perkara yang dinaikkan ke Facebook. Bagus, tapi kita kena ambil langkah berhati-hati dan berjaga-jaga. Kalau di alam realiti, kita takut dengan ’stalker’ yang tahu serba serbi tentang hal kita, kenapa di alam siber tidak kita risaukan? Saya tak tau dengan sahabat lain, tapi kalau saya, rakan lelaki sekolah rendah/menengah yang ditemui di alam maya selepas 10-15 tahun tidak pernah jumpa, yang menunjukkan perhatian yang lebih sikit tentang diri saya, saya dah rasa tidak selesa dan takut. Tu kawan, belum orang lain.

Gaya percakapan – Memang ramai di kalangan kita suka menyatakan bahawa, ‘Aku bukan hipokrit’, ’Ini diri aku yang sebenar’ dan sebagainya, tapi dalam keadaan kita menyedari tanggungjawab kita sebagai da’ie, kita juga perlu berhati-hati lah dengan penggunaan perkataan, nada, gaya penulisan dan gaya ‘ketawa’ kita ketika menulis di Facebook. Sebab bukan individu yang dituju komen/status sahaja yang membaca penulisan tersebut, tetapi juga orang-orang umum juga. Ya, mereka semua adalah rakan kita, tapi kita tidak mahu kehidupan kita luar dan dalam diketahui umum. Hatta Islam sendiri meletakkan garis panduan dalam hubungan suami isteri, hal rumah tangga tidak boleh diceritakan sesukanya kepada orang luar. Jadi tidak salah kita mempraktikkan perkara tersebut dalam kehidupan kita sekarang. Bukan saya nk suruh jadi hipokrit, tapi jagalah tsiqah dan reputasi masing-masing. Kalau mereka yang rapat dengan kita, pastinya mereka boleh menafsir penulisan kita dengan ’attitude’ diri kita, tapi untuk individu yang mengenali kita ‘sipi-sipi’, memang mudah mereka buat penilaian. Dan ketahui hakikat bahawa penilaian manusia selalunya tidak tepat dan kebanyakannya adalah negatif.

Lagi pula, lebih banyak perkara dalam kehidupan kita yang dihebahkan, lebih banyak peluang untuk ’musuh’ mengenal pasti kelemahan diri kita. Sebagai daie, ada lima golongan musuh yang dikupas dalam buku ’Rintangan Perjuangan seorang Pendakwah’ dan tidak mustahil ada antara mereka yang berada dalam senarai rakan kita di Facebook. Nauzubillah..

Berhati-hati dalam menulis perkara buruk yang kita lakukan. Saya yakin segala perkara tidak baik yang dilakukan oleh sahabat daie sekalian bukanlah perkara yang jatuh dalam kategori maksiat atau dosa, tapi saya menyeru agar kita semua berhati-hati. Perkara-perkara seperti ‘malas ke kelas’, ‘ponteng kelas/rotation’, ‘berkecil hati/bergaduh dengan kawan’ dan sebagainya, seeloknya tidak dihebahkan dan disimpan untuk diri sendiri ataupun, biarlah orang-orang terdekat saja yang mengetahuinya. Telah hilangkah perasaan malu atau segan dalam melakukan perkara sebegitu? Sehinggakan tiada rasa serba-salah dalam diri kita ketika menghebahkan perkara tersebut kepada satu dunia Facebook? Saya ingin mengingatkan sahabat sekalian, sekiranya Allah telah menutup perkara aib itu, janganlah kita pula dengan senang hati membuka aib sendiri. Mungkin ada sesetengah merasakan perkara tersebut perkara biasa dan tidak mengaibkan, tapi ketahuilah orang bakal menilai diri anda berdasarkan perkara-perkara yang dihebahkan itu. Dan sekiranya perkara buruk yang dihebahkan, maka secara logic akal, sudah tentu nilaiannya juga buruk.

Terakhir sekali, berpada-padalah dalam mengamalkan ‘public display of affection’ (PDA) di Facebook. Di US dan Europe sendiri, ada banyak penulisan tentang aksi PDA yang diterima dan tidak diterima. Lebih-lebih lagi, kita ini orang Islam, rata-ratanya Melayu dan asalnya dari Malaysia yang dididik dengan adat-adat ketimuran yang sopan. Jadi, kekalkan adat ketimuran itu dan kembangkan perasaan al-haya’ (malu) dalam diri kita. Janganlah berlebih-lebihan mempamerkan ’affection’ kita terhadap orang yang kita sayang.

Kesimpulannya, jaga aurat masing-masing. Kalau aurat fizikal disimpan untuk insan-insan yang teristimewa dan tersayang, begitu juga dengan sebahagian besar kisah hidup kita. Kalau semua benda yang diketahui oleh orang tersayang, turut diketahui oleh semua orang, maka hilanglah status istimewa insan tersebut. Cikgu Judy dalam buku komik Detektif Conan (Sinichi Kudou) pernah berkata;a secret makes a woman woman.Fikir-fikirkanlah… Wallahua’lam.

p/s Saya menulis bukan bermakna saya terpelihara daripada melakukan semua perkara ini, tapi sama-sama kita minimakan perlakuan ini dan saling memperingatkan antara kita semua.

Idea Asal : Muhammad Fairuz Azmi dan Kalam Hamba

Editor : Nur Islam

~kita hanyalah hamba~